[Praktikum Beton pekan ke 1] Kelompok 4 - Penetapan Variabel Perencanaan – Bella Listya Prasadini
Penentuan Parameter Material Pembentuk Beton
Foto 1. Kelompok 4 Praktikum Bahan Bangunan Laut
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 29 Oktober 2015
Waktu Praktikum : Pkl 10.00-12.30 WIB
Tempat Praktikum : Lab Struktur Mekanika Tanah ITB
Foto 1. Kelompok 4 Praktikum Bahan Bangunan Laut
Dalam praktikum pertama yaitu ini. Hal -hal yang di uji adalah
a. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
b. Analisis Saringan Agregat Halus
c. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
d. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
e. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
f. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
g. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
Sebelum memulai praktikum, terdapat tes awal selama 10 menit untuk menguji praktikan tentang penguasaan materi dan hal-hal yanag akan dilakukan di praktikum nantinya. Tes awal berhubungan dengan modul yang akan di praktikkan.
Setelah tes awal, seluruh praktikan bersiap untuk menuju lokasi praktik. Sesampainya di tempat praktik, praktikan dibagi ke dalam 4 sub kelompok. Setiap 1 subkelompok terdiri dari 2 kelompok yang akan melakukan praktik sub uji. Ada 7 uji praktik yang dilakukan hari ini. Banyaknya jumlah uji membuat terkendalanya pemahaman praktikan dalam pelaksanaan uji karena alat dan bahan uji tidak mencukupi untuk satu kelompok besar. Oleh karena itu, dilakukan pemisahan menjadi 4 subkelompok. Setiap subkelompok akan berganti tempat dan uji praktik. Sehingga seluruh praktikan tetap dapat melakukan seluruh uji praktik sesuai modul.
Setelah dilakukan praktik, terdapat sharing hasil data dan pengukuran. Sharing ini dimaksudkan untuk saling melengkapi laporan praktikum, karean ada uji praktik yang menggunakan data rata-rata. Hal ini juga dimaksudkan agar bisa menutupi kesalahan pengambilan ataupun pembacaan data yang tidak masuk akal agar tidak digunakan untuk modul selanjutnya yaitu Concrete Mix Design. Namun data yang tidak dapat diterima teersebut harus tetap dipertanggungjawabkan dan dianalisis dalam laporan dan presentasi nantinya
Foto 2. Bahan uji Agregat Halus (Pasir)
Foto 3. Bahan Uji Agregat Kasar (Kerikil)
A. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
a.
Tujuan
untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar, atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya
untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar, atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya
b.
Peralatan
i.
Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh
ii.
Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan
contoh agregat
iii.
Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 yang
ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
iv.
Mistar perata
v.
Sekop
vi.
Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan
alat pemegang berkapasitas berikut.
Tabel 1. Spesifikasi Wadah Baja yang digunakan dalam Praktikum
c.
Bahan
Agregat Halus atau Kasar
Agregat Halus atau Kasar
d.
Prosedur Percobaan
i.
Keadaan Gembur
Menimbang dan mencatat berat wadah (W1). Setelah itu , memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan
menggunakan sendok atau sekop sampai penuh. Langkah selanjutnya yaitu meratakan permukaan benda uji menggunakan mistar
perata. Berikutnya , menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda
uji (W2). Setelah di dapat W2, maka melakukan perhitungan berat benda uji (W3 = W2 – W1).
ii.
Keadaan Padat
Menimbang dan mencatat berat wadah (W1). Setelah itu, mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis
yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata. Langkah selanjutnya, meratakan permukaan benda uji menggunakan mistar
perata. Berikutnya, menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda
uji (W2). Selanjutnya, menghitung berta benda uji (W3 = W2 – W1)
Prosedur percobaan dalam keadaan gembur dan padat dilakukan
untuk masing-masing agregat kasar dan halus.
Berikut dilampirkan beberapa foto dokumentasi kegiatan.
Berikut dilampirkan beberapa foto dokumentasi kegiatan.
Foto 4. Menimbang pan
Foto 5. Menimbang agregat kasar dan wadah
Berikut dilampirkan hasil pengambilan data.
B. Analisis Saringan Agregat
a.
Tujuan
untuk menentukn pembagian butir (gradasi) agregat, baik kasar ataupun halus
untuk menentukn pembagian butir (gradasi) agregat, baik kasar ataupun halus
b.
Peralatan
i.
Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 %
dari berat benda uji
iii.
Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk
pemanasan sampai (110 +- 5) derajat Celcius
iv.
Alat pemisah (sample Spliter)
v.
Mesin penggetar saringan
vi.
Talam-talam
vii.
Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
c.
Bahan
500 gram agregat halus dan 3000 gram agregat kasar
500 gram agregat halus dan 3000 gram agregat kasar
d.
Prosedur Pemeriksaan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh
atau dengan cara perempatan yaitu berat dari contoh disaring , disesuaikan dengan
ukuran maksimum diameter agregat kasar atau pun halus yang digunakan pada
perangkat ukuran saringan. kemudian, Menganalisis gradasi dengan menetapkan jumlah
presentase lolos saringan atau yang tertahan saringan. Selanjutnya, membuat grafik akumulatif (Kurva Gradasi). Setelah itu , memeriksa grafik dengan batasan kurva gradasi untuk perencanaan campuran
beton.
Berikut dilampirkan foto dokumentasi.
Foto 6. Peralatan
Foto 7. Menimbang agregat kasar uji
Foto 8. Persiapan Uji Analisis Saringan Agregat Agregat Kasar
Foto 9. Penyaringan agregat Kasar
Foto 10. Penyaringan Agregat Kasar
Berikut dilampirkan hasil pengambilan data.
C. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
a.
Tujuan
untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan diguankan pada campuran beton
untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan diguankan pada campuran beton
b.
Persyaratan Kandungan Zat Organik dalam Agregat
Halus
tidak boleh melebihi batas yang diijinkan, dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%)
tidak boleh melebihi batas yang diijinkan, dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%)
c.
Peralatan
i.
Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet
atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak berekasi terhadap NaOH
ii.
Standar warna (Organic Plate)
iii.
Larutan
NaOH
d.
Bahan
Contoh pasir dengan Volume 115 ml (1/3 volume botol)
Contoh pasir dengan Volume 115 ml (1/3 volume botol)
e.
Prosedur Praktikum
Memasukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus
pandang (kurang lebih 1/3 isi botol ). Setelah memasukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, kemudian menambahkan larutan NaOH 3%. Setelah dikocok,
isinya harus mencapai kira-kira ¾ Volume Botol. Selanjutnya, menutup botol gelas tersebut dan kocok hingga
lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar
Lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, membandingkan warna cairan
yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada Organic Plate.
Foto 12. Botol sebelah kanan. Sebelum 24 jam
Foto 13. Botol sebelah kanan. Setelah 24 jam
Foto 14. Membandingkan sampel dengan warna pada Organic Plate setlah 24 jam
Hasil data : Bila warna cairan sampel lebih tua dari satndar warna No.3 , berarti kadnungan bahan organik melebihi toleransi (pasir terlalu kotor). Sampel menunjukkan warna No 2 pada Organic Plate. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dapat digunakan sebagai campuran beton.
D. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
a.
Tujuan
untuk menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.
untuk menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.
b.
Peralatan
i.
Gelas ukur
ii.
Alat pengaduk
c.
Bahan
contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
d.
Prosedur Pemeriksaan
Memasukkan contoh benda uji ke dalam gelas ukur. Kemudian, menambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan
lumpur. Selanjutnya, gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari
lumpur. Menyimpan gelas pada tempat yang datar dan
membiarkan lumpur mengendap selama 24 jam. Berikutnya mengukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur
(V2).
Foto 18. Setelah 24 jam . Botol sebelah kiri
Foto 19. Pengukuran tinggi pasir dan tinggi lumpur
E. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
a.
Tujuan
untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
b.
Peralatan
i.
Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
ii.
Oven suhunya dapat diatur sampai (110,5 derajat
Celcius)
iii.
Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar
bagi tempat pengeringan benda uji
c.
Bahan
berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
d.
Prosedur Praktikum
Menimbang dan mencatat berat talam (W1). Setelah menimbang, memasukkan benda uji ke dalam talam, kemudian
menimbang berat talam + benda uji .
Mencatat berat sebagai W2. Menghitung berat benda uji . W3 = W2 – W1. Selanjutnya, mengeringkan contoh benda uji bersama talam
dalam oven pada suhu (110 +- 5 ) derajat Celcius hingga beratnya tetap. Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat
berat benda uji beserta talam (W4). Kemudian, menghitung berat benda uji kering . W5 = W4 – W1.
Foto 21. Mengeringkan contoh benda uji dalam oven
F. Analisis Spesific Gravity dan Penyerapan Agregat
Halus
a.
Tujuan
untuk menentukan bulk dan apparent spesific gravity dan penyerapan (absorbsi) dari agregat halus menurut ASTM C128.
untuk menentukan bulk dan apparent spesific gravity dan penyerapan (absorbsi) dari agregat halus menurut ASTM C128.
b.
Peralatan
i.
Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang
mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram
ii.
Piknometer dengan kapasitas 500 gram
iii.
Cetakkan kerucut pasir
iv.
Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut
pasir
c.
Bahan
berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan
berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan
d.
Prosedur Praktikum
Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai
diperoleh kondisi kering dengan contoh tercurah dengan baik. Sebagian dari contoh dimasukkan dalam metal sand
cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (temper). Jumlah
tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat,
butir-butir pasir longsor/runtuh. Selanjutnya, contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan
ke dalam piknometer. Kemudian piknometer di isi dengan air sampai 90 % penuh.
Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer,
redamlah piknometer dengan suhu air
(73.4 +- 3) derajat Fahrenheit selama 24 jam. Timbang berat piknometer
yang berisi contoh dengan air. Berikutnya, memisahkan benda uji dari piknometer dan
keringkan pada suhu (213-130) derahat Fahrenheit. Langkah ini harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 Hari). Kemudian, menimbang berat piknometer yang berisi air
sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperature (73,4 +- 3 ) derajat
Fahrenheit ketilitian 0,1 gram
Berikut dilampirkan foto dokumentasi.
Foto 22. Pengambilan sampel agregat halus
Foto 23. Menimbang sampel uji
Foto 24. Agregat halus jenuh air, kondisi kereing, tercurah dengan baik
Foto 25. Memasukkan sampel uji dalam talam
Foto 26. Mengisi talam dengan air
Foto 27. Membebaskan gelembung udara dalam talam dengancara digoyang-goyangkan
Foto 27. Menimbang berat
Foto 28. Memisahkan benda uji dari piknometer
Foto 29. Mengeringkan sampel uji dalam oven
Berikut dilampirkan hasil data percobaan.
G. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
a.
Tujuan
Menentukan bulkand
apparent specific gravity dan penyerapandari agregat kasar menurut prosedur
ASTM C127. Nilai ini dapat digunakan dan diperlukan untuk menetapkan besarnya
komposisi
Volume agregat dalam adukan beton.
b.
Peralatan
i.
Timbangan dengan ketelitian 0,5
gram, kapasitas maksimum 5 kg
ii.
Keranjang besi diameter 203,2 mm
(8’’) dan tinggi 63,5 (2,5‘’)
iii.
Alat penggantung keranjang
iv.
Handuk atau kain pel
c.
Bahan
Berat
contoh agragat sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD)
d.
Prosedur Percobaan
Benda uji direndam selama 24 jam. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeringan
permukaannya
hingga tercapai kondisi SSD (Surface
Saturated Dry) dengan cara mengelap dan
menggulungkan handuk pada butiran
agregat kasar. Kemudian, menimbang benda uji dalam kondisi
SSD tersebut (A). Setelah itu, benda uji diletakkan ke dalam
keranjang dan direndam kembali di
dalam air, kemudian ditimbang, hitung berat
contoh kondisi jenuh (B). Kemudian, benda uji
dikeringkan pada suhu
(212-300)o F. Setelah didinginkan, dilakukan penimbangan.
Berikut dilampirkan foto dokumentasi praktikum.
Foto 30. Menimbang sampel uji
Foto 31. Mengeringkan sampel uji dengan lap untuk memperoleh SSD
Foto 32. Pengambilan Sampel Uji
Foto 33. Peletakan sampel uji dalam keranjang
Foto 34. Menimbang
Foto 35. Pengeringan sampel uji dalam oven
Berikut dilampirkan datan hasil percobaan.