Our social:

Latest Post

Jumat, 13 November 2015

[Praktikum Beton pekan ke 1] Kelompok 4 - Penetapan Variabel Perencanaan – Bella Listya Prasadini

Penentuan Parameter Material Pembentuk Beton


Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 29 Oktober 2015
Waktu Praktikum             : Pkl 10.00-12.30 WIB
Tempat Praktikum           : Lab Struktur Mekanika Tanah ITB


Foto 1. Kelompok 4 Praktikum Bahan Bangunan Laut

Dalam praktikum pertama yaitu ini. Hal -hal yang di uji adalah 
a. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
b. Analisis Saringan Agregat Halus
c. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
d. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
e. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
f. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
g. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar

Sebelum memulai praktikum, terdapat tes awal selama 10 menit untuk menguji praktikan tentang penguasaan materi dan hal-hal yanag akan dilakukan di praktikum nantinya. Tes awal berhubungan dengan modul yang akan di praktikkan. 

Setelah tes awal, seluruh praktikan bersiap untuk menuju lokasi praktik. Sesampainya di tempat praktik, praktikan dibagi ke dalam 4 sub kelompok. Setiap 1 subkelompok terdiri dari 2 kelompok yang akan melakukan praktik sub uji. Ada 7 uji praktik yang dilakukan hari ini. Banyaknya jumlah uji membuat terkendalanya pemahaman praktikan dalam pelaksanaan uji karena alat dan bahan uji tidak mencukupi untuk satu kelompok besar. Oleh karena itu, dilakukan pemisahan menjadi 4 subkelompok. Setiap subkelompok akan berganti tempat dan uji praktik. Sehingga seluruh praktikan tetap dapat melakukan seluruh uji praktik sesuai modul. 

Setelah dilakukan praktik, terdapat sharing hasil data dan pengukuran. Sharing ini dimaksudkan untuk saling melengkapi laporan praktikum, karean ada uji praktik yang menggunakan data rata-rata. Hal ini juga dimaksudkan agar bisa menutupi kesalahan pengambilan ataupun pembacaan data yang tidak masuk akal agar tidak digunakan untuk modul selanjutnya yaitu Concrete Mix Design. Namun data yang tidak dapat diterima teersebut harus tetap dipertanggungjawabkan dan dianalisis dalam laporan dan presentasi nantinya

Foto 2. Bahan uji Agregat Halus (Pasir)

Foto 3. Bahan Uji Agregat Kasar (Kerikil)

A. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
a.       Tujuan 
      untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar, atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya

b.      Peralatan
                                                               i.      Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh
                                                             ii.      Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
                                                            iii.      Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
                                                           iv.      Mistar perata
                                                             v.      Sekop
                                                           vi.      Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut.

Tabel 1. Spesifikasi Wadah Baja yang digunakan dalam Praktikum

c.       Bahan 
      Agregat Halus atau Kasar

d.      Prosedur Percobaan
                                                               i.      Keadaan Gembur
                      Menimbang dan mencatat berat wadah (W1). Setelah itu , memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh. Langkah selanjutnya yaitu meratakan permukaan benda uji menggunakan mistar perata. Berikutnya , menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2). Setelah di dapat W2, maka melakukan perhitungan berat benda uji (W3 = W2 – W1).

                                                             ii.      Keadaan Padat
                 Menimbang dan mencatat berat wadah (W1). Setelah itu, mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata. Langkah selanjutnya, meratakan permukaan benda uji menggunakan mistar perata. Berikutnya, menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2). Selanjutnya, menghitung berta benda uji (W3 = W2 – W1)

Prosedur percobaan dalam keadaan gembur dan padat dilakukan untuk masing-masing agregat kasar dan halus.

Berikut dilampirkan beberapa foto dokumentasi kegiatan.
Foto 4. Menimbang pan



Foto 5. Menimbang agregat kasar dan wadah

Berikut dilampirkan hasil pengambilan data.


BAnalisis Saringan Agregat 
a.       Tujuan 
      untuk menentukn pembagian butir (gradasi) agregat, baik kasar ataupun halus

b.      Peralatan
                                                               i.      Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
                                                             ii.      Seperangkat saringan dengan ukuran berikut.

 Tabel 2. Spesifikasi Saringan

                                                            iii.      Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 +- 5) derajat Celcius
                                                           iv.      Alat pemisah (sample Spliter)
                                                             v.      Mesin penggetar saringan
                                                           vi.      Talam-talam
                                                          vii.      Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya

c.       Bahan 
      500 gram agregat halus dan 3000 gram agregat kasar

d.      Prosedur Pemeriksaan
                                                                       Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan yaitu berat dari contoh disaring , disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar atau pun halus yang digunakan pada perangkat ukuran saringan. kemudian, Menganalisis gradasi dengan menetapkan jumlah presentase lolos saringan atau yang tertahan saringan. Selanjutnya, membuat grafik akumulatif (Kurva Gradasi). Setelah itu , memeriksa grafik dengan batasan  kurva gradasi untuk perencanaan campuran beton.

Berikut dilampirkan foto dokumentasi.


Foto 6. Peralatan 


Foto 7. Menimbang agregat kasar uji

Foto 8. Persiapan Uji Analisis Saringan Agregat Agregat Kasar

Foto 9. Penyaringan agregat Kasar

Foto 10. Penyaringan Agregat Kasar


Berikut dilampirkan hasil pengambilan data.

C. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
a.       Tujuan
       untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan diguankan pada campuran beton

b.      Persyaratan Kandungan Zat Organik dalam Agregat Halus 
      tidak boleh melebihi batas yang diijinkan, dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%)

c.       Peralatan
                                                               i.      Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak berekasi terhadap NaOH
                                                             ii.      Standar warna (Organic Plate)
                                                            iii.       Larutan NaOH

d.      Bahan 
      Contoh pasir dengan Volume 115 ml (1/3 volume botol)

e.      Prosedur Praktikum
                                                                                         Memasukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol ). Setelah memasukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, kemudian menambahkan larutan NaOH 3%. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ Volume Botol. Selanjutnya, menutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar Lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, membandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada Organic Plate.

Berikut dilampirkan foto dokumentasi.

Foto 11. Penambahan NaOH

Foto 12. Botol sebelah kanan. Sebelum 24 jam


Foto 13. Botol sebelah kanan. Setelah 24 jam


Foto 14. Membandingkan sampel dengan warna pada Organic Plate setlah 24 jam 

Hasil data :   Bila warna cairan sampel lebih tua dari satndar warna No.3 , berarti kadnungan bahan organik melebihi toleransi (pasir terlalu kotor). Sampel menunjukkan warna No 2 pada Organic Plate. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dapat digunakan sebagai campuran beton. 

D.  Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
a.       Tujuan
      untuk menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.

b.      Peralatan
                                                               i.      Gelas ukur
                                                             ii.      Alat pengaduk

c.       Bahan 
      contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa

d.      Prosedur Pemeriksaan
                                                                          Memasukkan contoh benda uji ke dalam gelas ukur. Kemudian, menambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur. Selanjutnya, gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur. Menyimpan gelas pada tempat yang datar dan membiarkan lumpur mengendap selama 24 jam. Berikutnya mengukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2).

Berikut dilampirkan foto dokumentasi.

Foto 15. Pengocokan Gelas

Foto 16. Sebelum 24 jam. Botol sebelah kiri

Foto 17. Pengecekan setelah 24 jam 

 Foto 18. Setelah 24 jam . Botol sebelah kiri

Foto 19. Pengukuran tinggi pasir dan tinggi lumpur

E.  Pemeriksaan Kadar Air Agregat
a.       Tujuan 
      untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan

b.      Peralatan
                                                               i.      Timbangan dengan ketelitian 0,1 %  dari berat contoh
                                                             ii.      Oven suhunya dapat diatur sampai (110,5 derajat Celcius)
                                                            iii.      Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji

c.       Bahan 
      berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg

d.      Prosedur Praktikum
                                                                          Menimbang dan mencatat berat talam (W1). Setelah menimbang, memasukkan benda uji ke dalam talam, kemudian menimbang berat talam  + benda uji . Mencatat berat sebagai W2.  Menghitung berat benda uji . W3 = W2 – W1. Selanjutnya, mengeringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 +- 5 ) derajat Celcius hingga beratnya tetap.  Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4). Kemudian, menghitung berat benda uji kering . W5 = W4 – W1.

Berikut dilampirkan foto dokumentasi.

Foto 20. Pengujian Kadar Air Agregat
Foto 21. Mengeringkan contoh benda uji dalam oven

F.  Analisis Spesific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
a.       Tujuan 
      untuk menentukan bulk dan apparent spesific gravity dan penyerapan (absorbsi) dari agregat halus menurut ASTM C128.

b.      Peralatan
                                                               i.      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram
                                                             ii.      Piknometer dengan kapasitas 500 gram
                                                            iii.      Cetakkan kerucut pasir
                                                           iv.      Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

c.       Bahan 
      berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan

d.      Prosedur Praktikum
                                                                 Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan contoh tercurah dengan baik. Sebagian dari contoh dimasukkan dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (temper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh. Selanjutnya, contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer di isi dengan air sampai 90 % penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air  (73.4 +- 3) derajat Fahrenheit selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air. Berikutnya, memisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213-130) derahat Fahrenheit. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 Hari). Kemudian, menimbang berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi   pada temperature (73,4 +- 3 ) derajat Fahrenheit ketilitian 0,1 gram 

Berikut dilampirkan foto dokumentasi.
Foto 22. Pengambilan sampel agregat halus

Foto 23. Menimbang sampel uji

Foto 24. Agregat halus jenuh air, kondisi kereing, tercurah dengan baik

Foto 25. Memasukkan sampel uji dalam talam

Foto 26. Mengisi talam dengan air
Foto 27. Membebaskan gelembung udara dalam talam dengancara digoyang-goyangkan

Foto 27. Menimbang berat 

Foto 28. Memisahkan benda uji dari piknometer

Foto 29. Mengeringkan sampel uji dalam oven

Berikut dilampirkan hasil data percobaan. 

G. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
a.       Tujuan
Menentukan bulkand apparent specific gravity dan penyerapandari agregat kasar menurut prosedur
ASTM C127. Nilai ini dapat digunakan dan diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi 
Volume agregat dalam adukan beton.

b.      Peralatan
 i.      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas maksimum 5 kg
 ii.      Keranjang besi diameter 203,2 mm (8’’) dan tinggi 63,5 (2,5‘’)
 iii.      Alat penggantung keranjang
 iv.      Handuk atau kain pel

c.       Bahan
Berat contoh agragat sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD)

d.      Prosedur Percobaan
             Benda uji direndam selama 24 jam. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeringan
permukaannya hingga tercapai kondisi SSD (Surface Saturated Dry) dengan cara mengelap dan 
menggulungkan handuk pada butiran agregat kasar. Kemudian, menimbang benda uji dalam kondisi
SSD tersebut (A). Setelah itu, benda uji diletakkan ke dalam keranjang dan direndam kembali di 
dalam air, kemudian ditimbang, hitung berat contoh kondisi jenuh (B). Kemudian, benda uji 
dikeringkan pada suhu (212-300)o F. Setelah didinginkan, dilakukan penimbangan.

Berikut dilampirkan foto dokumentasi praktikum.

Foto 30. Menimbang sampel uji

Foto 31. Mengeringkan sampel uji dengan lap untuk memperoleh SSD

Foto 32. Pengambilan Sampel Uji 

Foto 33. Peletakan sampel uji dalam keranjang

Foto 34. Menimbang

Foto 35. Pengeringan sampel uji dalam oven

Berikut dilampirkan datan hasil percobaan. 




Sabtu, 07 November 2015

Analisis Bangunan

Sebuah bangunan menarik dan berarsitektur unik yang terletak di tengah kota Bandung yaitu La Grande Appartment terletak di Jalan Merdeka No. 25-29, Tamansari, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Jalan Merdeka dikenal sebagai salah satu kawasan pusat Pemerintahan di Kota Bandung , sentra bisnis, dekat dengan pusat perbelanjaan, pendidikan, serta wisata. 
Foto 1. La Grande Appartment 
Diambil : 5 November 2015

La Grande Appartment memiliki arsitektur unik berbentuk L , dengan dekorasi bunga semi bintang bersisi 4 di depan bangunan yang terbagi dalam dua kolom. (Lihat foto 1)

Dilihat dari konstruksi luar bangunan. La Grande Appartment tersusun atas beton bertulang untuk kolom bangunannya. Terdapat dinding kamar yang tersusun dari beton untuk bangunan belakang , serta kaca untuk jendela kamar. Bangunan depan tersusun atas kaca semi plastik untuk sisi samping kira dan kanan serta dekor yang terbuat dari komposit keramik dan plastik. Dekorasi  untuk tulisan La Grande yang terdapat tepat di depan bangunan terbuat dari stainless steel. 

Foto 2. Pembangunan La Grande Appartment
Sumber : Google Image

Besarnya ukuran bangunan membuat dan keragaman material konstruksi interior bangunan menjadi salah satu sulitnya analisis proporsi material penyusun bangunan tanpa msuk dan mengamati secara langsung interior penyusun apartment tersebut. Diperkirakan untuk konstruksi permukaan bangunan tersebut tersusun atas 45 % beton, 35% kaca semi plastik, 5 % kaca murni untuk jendela kamar pada bangunan belakang, 2,5 %  keramik semi plastik untuk dekorasi muka bangunan, 0,25 % untuk dekorasi tulisan La Grande di depan bangunan utama, dan 12,25 % material penyusun lain. 
Foto 3. Permukaan bangunan La Grande Appartment
Sumber : Google Image

Dari beberapa material penyusun bangunan tersebut. Berikut akan dijelaskan proses pembuatan 2 material penyusun bangunan, yaitu proses pembuatan beton dan stainless steel.

1. Proses Pembuatan Beton
Beton tersusun atas 3-6 % udara, 10-12 % semen, 14-18 % air, 20-27 % pasir, dan 40-45 % agregat, serta bahan lain yang dapat ditambahkan (admixtures).

Pengolahan beton adalah proses pembuatan beton yang meliputi pencampuran atau pengadukan bahan, pengangkutan adukan beton, penuangan adukan beton, pemadatan adukan beton, perataan permukaan, perawatan beton.

Pencampuran atau Pengadukan bahan
Merupakan proses pencampuran bahan-bahan dasar beton dengan perbandingan tertentu yang terdiri dari semen dan air (pasta), agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil).
Gambar 1. Agregat Halus
Gambar 2. Agregat Kasar
Gambar 3. Semen
Gambar 5. Mild
Gambar 6. Pengadukan dengan tangan
Gambar 7. Pengadukan dengan Mesin
Pengangkutan adukan beton
  1. Adukan beton harus segera diangkut ke tempat penuangan sebelum semen berhidrasi (bereaksi dengan air)
  2. Selama pengangkutan dijaga supaya tidak terjadi segregasi
  3. Alat pengangkut adukan misalnya : ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban berjalan, pompa.
  4. Bila jarak cukup jauh dilakukan dengan truk aduk beton (truk molen)
  5. Pengangkutan dengan pompa bila tempat penuangan cukup tinggi
  6. Pengangkutan dengan crane sering digunakan pada gedung bertingkat banyak
 Gambar 8. Pengangkutan Adukan Beton dengan Pompa
Sumber Proses Pembuatan Beton :  http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/pengolahan-beton

2. Stanless Steel
Stainless Steel merupakan baja tahan karat. Berikut dijelaskan tentang proses pembuatan baja yang dapat menghasilkan baja tahan karat.
PROSES MEMBUAT STAINLESS STEEL
Stainless steel atau baja paduan. Kandungan Kromium membuat logam non-korosif dan mengkilap. Logam anti karat dan logam bebas noda ini digunakan secara luas dalam industri penerbangan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita melalui penggunaannya dalam alat-alat makan dan barang rumah tangga lainnya.

Baja stainless metallurgically didefinisikan sebagai paduan dengan kromium 11%. Logam ini populer digunakan di peralatan rumah tangga dan industri, karena tidak menimbulkan korosi, karat noda atau semudah baja biasa. Paduan ini juga disebut sebagai CRES atau baja tahan korosi, terutama ketika paduan tidak dinilai. Nilai yang berbeda dari baja stainless mempunyai jumlah yang berbeda dari Kromium untuk menghasilkan film yang diinginkan Kromium oksida. Ini adalah reaksi kimia antara Kromium dan Oksigen atmosfer yang mencegah korosi permukaan, dan sepanjang struktur internal.

Stainless steel terbuat dari bijih besi, silikon, krom, karbon, nikel, mangan dan nitrogen. Pembuatan baja stainless terdiri dari serangkaian proses. Bahan baku yang pertama mencair dalam tungku listrik . Mereka dikenakan setidaknya 12 jam panas intens. Selanjutnya campuran dilemparkan ke balik lempeng mekar atau billet, sebelum mengambil suatu bentuk semi-padat. Bentuk awal dari baja ini kemudian diproses melalui 'membentuk' operasi yang mencakup hot-rolling ke bar, kabel, lembaran dan lempengan. Dari sini, baja dikenakan anil. Sehingga logam ini dirawat karena tekanan internal dan sepatutnya melunak dan diperkuat. Segmen dari stainless steel pengolahan juga disebut sebagai  'pengerasan usia'. Hal ini membutuhkan pemantauan hati-hati dan pemanas suhu dan waktu pendinginan. Suhu lebih tinggi mempengaruhi sifat logam, sedangkan suhu yang lebih rendah menghasilkan kekuatan tinggi dan ketangguhan patah rendah, sedangkan suhu tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih rendah, tetapi bahan yang lebih keras. Perlakuan panas yang terlibat dalam pembuatan stainless steel tergantung pada jenis dan grade baja yang ingin dihasilkan. Annealing atau perlakuan panas mengarah ke pengembangan skala. Skala dapat dihapus melalui beberapa proses seperti:
• Acar atau penggunaan mandi asam Nitrat-hydrofluoric.
• Elektro-membersihkan atau penerapan arus listrik, menggunakan asam Fosfat dan katoda.
De-scaling material diperkenalkan ke dalam proses produksi pada waktu yang berbeda, tergantung pada jenis baja yang dihasilkan. Sementara bentuk bar dan kawat harus diperlakukan dengan tambahan rolling panas, penempaan dan mengekstrusi, lembar dan bentuk strip melalui proses anil setelah pencapaian panas. 



Video Proses Pembuatan Stainless Steel

Cuting operasi, dalam pembuatan stainless steel, sangat penting untuk memperoleh bentuk yang diinginkan dan ukuran produk akhir. Teknik memotong melibatkan penggunaan pisau guillotine dan bilah baja kecepatan tinggi untuk blanking (meninju keluar bentuk oleh shearing) dan menggigit (memotong serangkaian lubang tumpang tindih). Stainless steel juga dipotong melalui pemotongan api, sebuah proses yang melibatkan penggunaan api yang dihasilkan oleh Oksigen, Propana dan bubuk besi. Jet pemotong plasma metode menggunakan kolom gas terionisasi mencair dan memotong logam. Permukaan selesai, langkah terakhir dalam pembuatan stainless steel, sangat penting untuk mendapatkan permukaan halus dan reflektif . 

Tahap terakhir menawarkan produk ketahanan korosi yang diinginkan dan mendapatkan logam siap untuk langkah lebih lanjut dalam industri manufaktur yang spesifik, sesuai kebutuhan. Pembuatan produk akhir lebih lanjut dibentuk melalui panas-rolling, menekan, penempaan dan ekstrusi. Materi tersebut kemudian bergabung melalui pengelasan (fusi dan resistensi) dan diberi bentuk yang diinginkan. Dalam proses pengendalian kualitas dimonitor seluruh pembuatan dan pabrikasi baja stainless. Materi terus diperiksa untuk mendapatkan sifat mekanik yang optimal, agar barang yang dibuatdari stainless steel dapat tahan lama.

Sumber proses Pembuatan Stainless Steel : http://persaudaraansejati.blogspot.co.id/2013/05/mengenal-stainless-steel-atau-baja.html