[Praktikum Beton Pekan ke-2] Kelompok 4 - Rancangan Campuran Beton - Bella Listya Prasadini
Hari, tanggal praktikum : Kamis, 5 November 2015
Waktu Praktikum : Pkl. 10.00-12.00 WIB
Tempat Praktikum : Lab Struktur Mekanika Tanah ITB
Foto 1. Kelompok 4 Praktikum Bahan Banguna Laut
Setelah melaksanakan praktikum pertama, praktikan diberi arahan oleh asisten untuk membuat rancangan campuran beton. Yaitu melakukan perhitungan untuk menetapkan massa penyusun beton. dengan landasan perancangan sebagai berikut.
Rancangan Campuran Beton
Beton merupakan salah satu material penting
dalam dunia konstruksi karena sering digunakan, ekonomis dan memiliki kekuatan
tekan yang tinggi.Pada dasarnya beton terbentuk dari dua bagian utama yaitu
pasta semen dan agregat.Pasta semen terdiri dari semen Portland, air dan bahan
campur tambahan (admixture).Sedangkan agregat terdiri dari agregat kasar (batu
pecah) dan agregat halus (pasir).Komposisi dari campuran beton sangat
menentukan kekuatan dari beton itu sendiri.Oleh karena itu dibutuhkan komposisi
campuran yang sesuai untuk memproduksi beton.
Perancangan
komposisi campuran beton dilakukan agar menghasilkan kualitas dan jenis beton
yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Dengan campuran beton yang sesuai
maka akan membuat penggunaan material pembentuk beton lebih efisien dan efektif
penggunaannya.
Tujuan
untuk merancang
mix design (air, semen, agregat, pasir) dengan berbagai
perhitungan untuk mendapatkan beton dengan mutu dan kekuatan sesuai kebutuhan.
Alat yang digunakan dalam praktikum beton pekan 2
1. Bekisting
2. Mesin
pengaduk
3. Vibrator
4. Sekop
5. Satu
set alat uji slump
6. Sendok
perata
7. Timbangan
Bahan
1. Air
2. Semen
3. Agregat
kasar
4. Agregat
halus
Metodologi Percobaan
1.
Pemilihan angka slump
Slump adalah suatu derajat
kelecakan.Kelecakan adalah kemudahan untuk pembuatan beton. Sehingga beton yang
memiliki slump lebih tinggi maka akan memiliki workability(kelecakan) yang tinggi juga. Nilai dari slump di
tentukan dari jenis konstruksi yang akan dibangun. Dalam percobaan digunakan
slump 50 mm. berikut merupakan tabel nilai slump untuk berbagai jenis
konstruksi.
Tabel 1. Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus
Jenis Konstruksi
|
Slump (mm)
|
|
Maksimum
|
Minimum
|
|
Dinding fondasi, footing, dinding basement
|
75
|
25
|
Dinding dan balok
|
100
|
25
|
Kolom
|
100
|
25
|
Perkerasan dan lantai
|
75
|
25
|
Beton dalam jumlah yang besar ( seperti dam)
|
50
|
25
|
2. Pemilihan Ukuran Maksimum
Agregat
Pemilihan ukuran maksimum agregat
digunakan agar menghasilkan gradasi yang baik pada beton.Gradasi yang baik
dapat menghasilkan beton dengan workability
yang cukup dan segregasi yang minimum. Oleh karena itu, memperlebar rentang
gradasi agregat dengan menggunakan ukuran maksimum yang lebih besar akan
memperkecil kebutuhan air campuran. Sehingga untuk tingkat workability tertentu rasio air-semen dapat dikurangi dan
konsekuensinya kekuatan meningkat.Tetapi tetap ada batas ukuran maksimum
agregat dimana peningkatan kekuatan akibat berkurangnya kebutuhan air masih
dapat mengimbangi efek negatif yang muncul.Berikut contoh persyaratan ukuran
maksimum agregat kasar.
a. D
≤ d/5
b. D
≤ h/3
c. D
≤ 2s/3
d. D
≤ 3c/4
Keterangan : D
= ukuran maksimum agregat
d = lebar terkecil di antara dua tepi bekisting
h = tebal pelat lantai
s = jarak bersih antara dua tulangan
c
= tebal bersih selimut beton
3. Menghitung rencana kuat tekan
beton
Rencana kuat tekan beton
harus lebih besar daripada kuat tekan beton yang ditentukan untuk konstruksi
yang akan dibangun. Hal ini bertujuan utuk mengantisipasi jika kuat tekan beton
yang dihasilkan tidak mencapai kuat tekan beton yang diinginkan. Oleh karena
itu dibutuhkan sejumlah nilai penambahan
kuat tekan beton dalam perancangan campuran beton.
Berikut
rumus nilai kuat tekan beton rata-rata yang dibutuhkan.
fm
= fc’ + 1.64Sd
Keterangan
: fm
= nilai kuat tekan beton rata-rata
fc’
= nilai kuat tekan yang disyaratkan
Sd
= standar deviasi
fc’
untuk percobaan ini diperoleh dengan cara mengonversi kuat tekan beton 250K
menjadi MPa. Standar deviasi diklasifikasikan sesuai dengan kondisi
pengerjaan.Berikut tabel standar deviasi untuk berbagai kondisi pengerjaan.
Tabel 2. Standar deviasi
untuk berbagai Kondisi Pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
|
Standar Deviasi (MPa)
|
|
Lapangan
|
Laboratorium
|
|
Sempurna
|
<3
|
<1.5
|
Sangat baik
|
3-3.5
|
1.5-1.75
|
Baik
|
3,5-4
|
1.75-2
|
Cukup
|
4-5
|
2-2.5
|
Kurang baik
|
>5
|
>2.5
|
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa standar deviasi untuk pengerjaan di lapangan lebih besar daripada standar
deviasi untuk pengerjaan di laboratorium. Hal ini disebabkan karena pengerjaan
di kondisi lapangan jauh lebih berisiko daripada di laboratorium.Untuk
percobaan ini digunakan standar deviasi pengerjaan di laboratorium dengan nilai
2.
4. Estimasi kebutuhan air
pencampur dan kandungan udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu nilai slump tertentu bergantung pada ukuran maksimum agregat
.Untuk percobaan ini campuran beton dibuat tanpa penambahan udara. Berikut tabel
kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran
maksimum agregat.
Tabel 3. Berat air untuk
berbagai nilai slump, dan kondisi dengan atau tanpa penambahan udara
Jenis Beton
|
Slump (mm)
|
Air (kg/m3)
|
|||||||
Ukuran Maksimum Agregat Kasar (mm)
|
10
|
12.5
|
20
|
25
|
40
|
50
|
75
|
||
Tanpa Penambahan Udara
|
25-50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
|
75-100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
|
||
150-175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
|
||
Udara yang Tersekap (%)
|
3
|
2.5
|
2
|
1.5
|
1
|
0.5
|
0.3
|
||
Dengan Penambahan Udara
|
25-50
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
|
75-100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
160
|
155
|
150
|
||
150-175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
|
||
Kandungan udara yang disarankan (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4.5
|
4
|
3.5
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah air pencampur yang
dibutuhkan untuk campuran tanpa penambahan udara lebih banyak daripada jumlah
air yang dibutuhkan dengan penambahan udara.Hal ini disebabkan karena
penambahan volume udara menggantikan sebagian kecil dari volume air. Untuk
mendapatkan data jumlah air yang dibutuhkan untuk campuran beton dengan ukuran
maksimum agregat sebesar 25 mm makan dilakukan interpolasi.
5. Pemilihan Nilai Perbandingan
Air semen
Untuk menentukan nilai
rasio air semen bergantung pada kuat tekan beton yang akan diproduksi. Semakin
rendah rasio dari air semen maka semakin tinggi kekuatan dari beton tersebut. Berikut
tabel hubungan antara rasio air semen dengan kuat tekan beton.
Tabel 4. Nilai w/c untuk
berbagai Kuat tekan beton umur 28 hari
Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari (MPa)
|
Rasio Air Semen dalam Perbandingan Berat)
|
|
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan Udara
|
|
48
|
0.33
|
-
|
40
|
0.41
|
0.32
|
35
|
0.48
|
0.40
|
28
|
0.57
|
0.48
|
20
|
0.68
|
0.59
|
14
|
0.82
|
0.74
|
Untuk
mencari data air semen dengan nilai kuat tekan beton yang terdapat
antara dua nilai dilakukan metode interpolasi.
6. Perhitungan kandungan semen
Perhitungan
kandungan semen yang dapat diperoleh dari berat air pencampur dibagi rasio air semen yang telah diperoleh.
7. Estimasi kandungan agregat
kasar
Rancangan
campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan menggunakan semaksimal mungkin
volume agregat kasar dalam keadaan dry
rodded unit weight persatuan volume beton.
Data
menunjukan bahwa semakin halus pasir dan semakin besar ukuran maksimum ukuran
agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk
menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Volume
agregat kasar yang dibutuhkan persatuan volume beton adalah fungsi daripada
ukuran maksimum agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus.Berikut
merupakan tabel volume agregat kasar per satuan volume beton dengan slump
75-100 mm.
Tabel 5. Volume agregat kasar persatuan
volume beton dengan slump 75-100mm
Ukuran Maksimum Agregat Kasar (mm)
|
Volume Agregat Kasar SSD Persatuan Volume Beton untuk
Berbagai Nilai Modulus Kehalusan Pasir
|
|||
2.4
|
2.6
|
2.8
|
3
|
|
10
|
0.5
|
0.48
|
0.46
|
0.44
|
12.5
|
0.59
|
0.57
|
0.55
|
0.53
|
20
|
0.66
|
0.64
|
0.62
|
0.6
|
25
|
0.71
|
0.69
|
0.67
|
0.65
|
40
|
0.75
|
0.73
|
0.71
|
0.69
|
50
|
0.778
|
0.76
|
0.74
|
0.72
|
75
|
0.82
|
0.8
|
0.78
|
0.76
|
150
|
0.87
|
0.85
|
0.83
|
0.81
|
Jika campuran beton
mempunyai nilai slump selain 75-100 mm, maka volume agregat kasar dapat
diperoleh dengan cara mengalikan faktor koreksi dengan nilai volume agregat
kasar yang diperoleh .
Tabel 6 . Faktor koreksi untuk berbagai ukuran maksimum agregat dan dengan
nilai slump tertentu
Slump (mm)
|
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
|
||||
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
|
10
|
12.5
|
20
|
25
|
40
|
25-50
|
1.08
|
1.06
|
1.04
|
1.06
|
1.09
|
75-100
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
150-175
|
0.98
|
0.98
|
1
|
1
|
1
|
Berat
agregat kasar diperoleh dengan berat isi agregat kasar dikali dengan volume
agregat kasar.
8. Estimasi kandungan agregat
halus
Volume
agregat halus yang diperlukan = massa jenis beton segar - (massa agregat kasar + massa air + massa semen )
Menentukan
berat agregat halus
Berat
agregat halus yang dibutuhkan adalah specific gravity agregat halus SSD dikali
volume agregat halus dikali massa jenis air.
9. Koreksi kandungan air pada
agregat
Saat
pembuatan campuran di lapangan, terkadang jumlah air, agregat halus dan agregat
kasar yang diperlukan untuk mencapai nilai slump tidak sama persis dengan
perhitungan, sehingga perlu ditambahkan sejumlah air atau agregat kasar atau
agregat halus ke dalam campuran beton agar mendapat nilai slump sesuai dengan
perhitungan. Perhitungan untuk
tambahan-tambahan air, agregat kasar, dan agregat halus antara lain:
·
Tambahan air adukan dari kondisi
agregat kasar = berat agregat kasar kondisi SSD x (akhir-mula) / (1+akhir)
·
Tambahan agregat kasar = tambahan
air adukan / 1000 x Specific Gravity Agregat Kasar kondisi SSD x 1000
·
Tambahan air adukan dari
kondisi agregat halus = Agregat halus kondisi SSD x (akhir-mula)
/ (1+akhir)
·
Tambahan agregat halus = Tambahan air adukan dari
kondisi agregat halus / 1000 x Specific Gravity Agregat Halus kondisi SSD x 1000.
Perhitungan dilakukan dengan saling berbagi data antara kelompok 1,2 dan 3,4.
a.
Perhitungan
b.
Penetapan
Variabel Perencanaan
c.
Perhitungan
Komposisi Unsur Beton
d.
Komposisi
Berat Unsur Adukan per m3 Beton
e.
Komposisi
Jumlah Air dan Berat Unsur untuk
Perencanaan Lapangan
f.
Komposisi
Akhir Unsur untuk Perencanaan Lapangan/m3 Beton
Tabel 4.6 Komposisi Akhir Unsur untuk Perencanaan
Lapangan/m3 Beton
g.
Komposisi
Unsur Campuran Beton/ Kapasitas Mesin Molen
Tabel 4.7 Komposisi Unsur Campuran Beton/
Kapasitas Mesin Molen
h.
Data-Data
Setelah Pengadukan / Pelaksanaan
a.
Perhitungan
Penetapan Variabel Perencanaan
1.
Kategori Jenis Struktur (Tabel 1) =
Kolom K-200
2.
Rencana Slump = 100 mm
3.
Kekuatan Tekan Beton Rencana = 27,31 MPa
4.
Ukuran
Maksimum Agregat Kasar = 25 mm
5.
Modulus
Kehalusan Agregat Halus = 4,183
6.
Specific Gravity Agregat Halus kondisi SSD = 2.5773
7.
Specific Gravity Agregat Kasar kondisi SSD = 2.7182
8.
Berat
volume / isi agregat kasar = 1,3011 kg/L
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9.
Air
yang Diperlukan (Tabel 4.2)
= 190kg/m3 beton
10.
Persentase
Udara yang Terperangkap (Tabel 4.2)
= 1.5%
11. W/C Ratio (x) kekuatan tekan beton rencana (fm =
27.31 Mpa) berada di antara kekuatan
tekan beton sebesar 20 Mpa dengan 28 Mpa. Akan dicari W/C Ratio (x) dalam
perbandingan berat tanpa penambahan udara. Dengan interpolasi dan data
y = 27.31
y1
= 28 Mpa
y2
= 20 Mpa
x1
= 0,57
x2
= 0,68
Maka,
X = 0.5795
12.
Berat
Semen
=327,868 kg
13.
Volume
agregat kasar yang diperlukan per m3 beton (tabel 4.5)
= 0.531 L
14.
Berat
agregat kasar perlu
= Vol. agregat kasar x isi agregat
kasar x 1000
= 691.79 kg
15.
Volume
Semen
=
0.104 m3 Beton
16.
Volume
Air
= 0.19 m3
17.
Volume
Agregat Kasar
= 0.2545 m3
18.
Volume
Udara
= Persentase udara yang terperangkap
x 1
= 0.015 m3
19.
Total
Volume
= Vol. Semen + Vol. air+ Vol.
agregat kasar + Vol. udara
= 0.5636 m3
20. Volume Agregat Halus per m3
= 1 - Total Volume
= 0.4364 m3
Komposisi Berat Unsur adukan per m3 Beton
21.
Semen = 327.87
kg
22. Air = 190
kg
23. Agregat Kasar Kondisi SSD =
691.79
kg
24. Agregat Halus Kondisi SSD =
1124.73 kg
25. Faktor semen = 8.19 zak
Komposisi Jumlah Air dan Berat unsur untuk Perencanaan Lapangan
26.
Kadar air asli atau Kelembaban Agregat Kasar
(mk) = 0.062
27. Penyerapan Air Kondisi SSD Agg Kasar = 0.022
28. Kadar air asli/ Kelembaban Agg Halus = 0.017
29. Penyerapan Air Kondisi SSD Agg halus = 0.010
30.
Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar = -27.2912 kg
31.
Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan = 29.755 kg
32.
Tambahan air adukan dari kondisi agregat halus = -8.23kg
33.
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan = 8.527 kg
Komposisi Akhir Unsur untuk
Perencanaan Lapangan per m3 Beton
34. Berat Agregat Kasar
=
Berat awal agregat kasar + Tambahan Agregat Kasar untuk kondisi lapangan
=
721.549
kg
35.
Berat Agregat halus
= Berat awal agregat halus +
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan
= 1133.26 kg
36.
Berat Air
=
Berat awal air + Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar + Tambahan air adukan dari kondisi Agregat halus = 154.47
kg
37.
Berat semen
= 327.868 kg
b.
Penetapan
Variabel Perencanaan
Tabel 4.2 Penetapan Variabel Perencanaan
1
|
Kategori Jenis Struktur
|
kolom k-250
|
SATUAN
|
2
|
Rencana Slump
|
100
|
mm
|
3
|
Rencana Kuat Tekan Beton
|
27.31
|
Mpa
|
4
|
Modulus Kehalusan Agregat Halus
|
4.183
|
-
|
5
|
Ukuran maksimum Agregat Kasar
|
25
|
mm
|
6
|
Specific Gravity Agregat Kasar Kondisi SSD
|
2.7182
|
-
|
7
|
Specific Gravity Agregat Halus Kondisi SSD
|
2.5773
|
-
|
8
|
Berat volume atau isi agregat
kasar
|
1.3011
|
kg
/Ltr
|
c.
Perhitungan
Komposisi Unsur Beton
Tabel 4.3 Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9
|
Rencana air adukan untuk 1m3
beton
|
190
|
Kg
|
10
|
Persentase udara yang terperangkap
|
1.5
|
%
|
11
|
W/C ratio berdasarkan grafik 2
atau tabel II
|
0.5795
|
-
|
12
|
W/C Ratio maksimum berdasarkan tabel
I
|
|
|
13
|
Berat semen yang diperlukan
|
327.868
|
Kg
|
14
|
Volume agregat kasar perlu/m3
beton
(tabel
B)
|
0.5317
|
Ltr
|
15
|
Berat agregat kasar perlu
|
691.79
|
Kg
|
16
|
Volume semen
|
0.104
|
m3
|
17
|
Volume Air
|
0.19
|
m3
|
18
|
Volume agregat kasar
|
0.2545
|
m3
|
19
|
Volume
udara
|
0.015
|
m3
|
20
|
Volume agregat halus / m3
beton
|
0.4364
|
m3
|
d.
Komposisi
Berat Unsur Adukan per m3 Beton
Tabel
4.4 Komposisi Berat Unsur Adukan per m3 Beton
21
|
Semen
|
327.868
|
Kg
|
22
|
Air
|
190
|
Kg
|
23
|
Agregat kasar kondisi SSD
|
691.79
|
Kg
|
24
|
Agregat halus kondisi SSD
|
1124.73
|
Kg
|
25
|
Faktor semen
|
8.1967
|
Zak
|
e.
Komposisi
Jumlah Air dan Berat Unsur untuk
Perencanaan Lapangan
Tabel 4.5 Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk
Perencanaan Lapangan
26
|
Kadar air asli/kelembapan agregat
kasar
|
0.0624
|
-
|
27
|
Penyerapan air kondisi SSD agregat
kasar
|
0.0221
|
-
|
28
|
Kadar air asli/kelembapan agregat
halus
|
0.01755
|
-
|
29
|
Penyerapan air kondisi SSD agregat
halus
|
0.01010
|
-
|
30
|
Tambahan air adukan dari kondisi
agregat kasar
|
-27.29
|
Kg
|
31
|
Tambahan agregat kasar untuk
kondisi lapangan
|
29.755
|
Kg
|
32
|
Tambahan air adukan dari kondisi
agregat halus
|
-8.233
|
Kg
|
33
|
Tambahan agregat halus untuk
kondisi lapangan
|
8.527
|
Kg
|
f.
Komposisi
Akhir Unsur untuk Perencanaan Lapangan/m3 Beton
Tabel 4.6 Komposisi Akhir Unsur untuk Perencanaan
Lapangan/m3 Beton
34
|
Semen
|
327.868
|
Kg
|
35
|
Air
|
154.475
|
Kg
|
36
|
Agregat kasar kondisi lapangan
|
721.549
|
Kg
|
37
|
Agregat halus kondisi lapangan
|
1133.26
|
Kg
|
g.
Komposisi
Unsur Campuran Beton/ Kapasitas Mesin Molen
Tabel 4.7 Komposisi Unsur Campuran Beton/
Kapasitas Mesin Molen
38
|
Semen
|
10.42
|
Kg
|
39
|
Air
|
4.91
|
Kg
|
40
|
Agregat kasar kondisi lapangan
|
22.94
|
Kg
|
41
|
Agregat halus kondisi lapangan
|
36.03
|
Kg
|
h.
Data-Data
Setelah Pengadukan / Pelaksanaan
Tabel 4.8 Data-Data Setelah Pengadukan/ Pelaksanaan
42
|
Sisa air campuran (jika ada)
|
0
|
Kg
|
43
|
Tambahan air selama pengadukan
(jika ada)
|
2.38
|
Kg
|
44
|
Jumlah air sesungguhnya yang
digunakan
|
7.29
|
Kg
|
45
|
Nilai slump hasil pengukuran
|
112
|
mm
|
Tabel Trial Mix
a. Tabel
Referensi
Tabel 4.9 Kebutuhan Air
Pencampuran dan Udara untuk Berbagai Nilai Slump
dan Ukuran Maksimum Agregat
Jenis
Beton
|
Slump
(mm)
|
Air
(kg/m3)
|
|||||||
Ukuran
Maksimum Agregat Kasar (mm)
|
10
|
12.5
|
20
|
25
|
40
|
50
|
75
|
||
Tanpa
Penambahan Udara
|
25-50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
|
75-100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
|
||
150-175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
|
||
Udara
yang Tersekap (%)
|
3
|
2.5
|
2
|
1.5
|
1
|
0.5
|
0.3
|
||
Dengan
Penambahan Udara
|
25-50
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
|
75-100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
160
|
155
|
150
|
||
150-175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
|
||
Kandungan
udara yang disarankan (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4.5
|
4
|
3.5
|
Tabel 4.10 Hubungan Rasio
Air-Semen dan Kuat Tekan Beton
Kuat Tekan
Beton Umur 28 Hari (MPa)
|
Rasio
Air-Semen dalam Perbandingan Berat)
|
|
Tanpa
Penambahan Udara
|
Dengan
Penambahan Udara
|
|
48
|
0.33
|
-
|
40
|
0.41
|
0.32
|
35
|
0.48
|
0.40
|
28
|
0.57
|
0.48
|
20
|
0.68
|
0.59
|
14
|
0.82
|
0.74
|
Tabel 4.11 Klasifikasi Standar
Deviasi untuk Berbagai Kondisi Pengerjaan
|
Tabel 4.12 Volume Agregat Kasar persatuan Volume Beton dengan Slump
75-100 mm
Ukuran
Maksimum Agregat Kasar (mm)
|
Volume
Agregat Kasar SSD Persatuan Volume Beton untuk Berbagai Nilai Modulus
Kehalusan Pasir
|
|||
2.4
|
2.6
|
2.8
|
3
|
|
10
|
0.5
|
0.48
|
0.46
|
0.44
|
12.5
|
0.59
|
0.57
|
0.55
|
0.53
|
20
|
0.66
|
0.64
|
0.62
|
0.6
|
25
|
0.71
|
0.69
|
0.67
|
0.65
|
40
|
0.75
|
0.73
|
0.71
|
0.69
|
50
|
0.778
|
0.76
|
0.74
|
0.72
|
75
|
0.82
|
0.8
|
0.78
|
0.76
|
150
|
0.87
|
0.85
|
0.83
|
0.81
|
Tabel 4.13 Faktor
Koreksi untuk Berbagai Nilai Slump yang
Berbeda
Slump (mm)
|
Faktor
Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
|
||||
Ukuran
Maksimum Agregat (mm)
|
10
|
12.5
|
20
|
25
|
40
|
25-50
|
1.08
|
1.06
|
1.04
|
1.06
|
1.09
|
75-100
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
150-175
|
0.98
|
0.98
|
1
|
1
|
1
|
Tabel 4.14
Estimasi Awal untuk Berat Jenis Beton Segar
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
|
Estimasi Awal Berat Jenis Beton ()
|
|
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan Udara
|
|
10
|
2285
|
2190
|
12,5
|
1315
|
2235
|
20
|
2355
|
2280
|
25
|
2375
|
2315
|
40
|
2420
|
2355
|
50
|
2445
|
2375
|
75
|
2465
|
2400
|
150
|
2502
|
2435
|
b. Tabel
Hasil Akhir Mix Design
Setelah
menentukan parameter material pembentuk beton, dan dilakukan perhitungan untuk
campuran beton, maka didapat hasil akhir Mix
Design berikut.
Tabel 4.15 Hasil
Akhir Mix Design
No
|
Bahan
|
Perhitungan
|
Sebenarnya
|
|
1
|
Semen
|
327.868
|
327.868
|
Kg
|
2
|
Air
|
154.475
|
233.308
|
Kg
|
3
|
Agregat kasar kondisi
lapangan
|
721.549
|
721.549
|
Kg
|
4
|
Agregat halus kondisi
lapangan
|
1133.26
|
1133.26
|
Kg
|
Setelah melakukan perhitungan rancangan campuran beton, hasil perhitungan dikumpulkan ke asisten sebagai dasar untuk melihat pemahaman praktikan dalam penentuan perancangan beton.
Berikutnya, praktikan melaksanakan praktikum MIX DESIGN di tanggal 5 November 2015.
Perancangan dilakukan oleh petugas lab. Praktikan sebagai pengamat mix design dari rancangan yang telah dihitung. Berikut dilampirkan hasil dokumentasi praktikum.
Foto 2. Pengambilan air untuk mix design
Foto 3. Penimbangan berat wadah untuk pengukuran parameter yang ditimbang
Foto 4. Pengujian Slump
Foto 5. Pelepasan bekisting
Foto 6. Hasil beton uji setelah dilepaskan dari bekisting
Foto 7. Hasil beton uji lebih dekat
Foto 8. Penamaan kepemilikian beton uji sebelum dicuring
Foto 9. Perendaman beton uji (Curing)
Setelah dilakukan pembuatan beton, dilakukan praktikum beton pekan ke-3 yaitu pengujian Kuat Tekan Beton
0 komentar:
Posting Komentar